Sabtu, 19 Desember 2015

PIMPINAN BARU KPK LAHIR DARI PROLOG YANG KURANG ENAK

Muhammad Solihin S


Transisi kepemimpinan dari Abraham Samad ke periode Taufiqurrahman ruki mengalami kemunduran yang drastis, kinerja KPK sangat merosot Hanya 33 kasus yang diungkap, anggaran yang diselamatkan hanya 198 M, padahal penyerapan anggarannya 500 M lebih. Opersai tangkap tangan ada 5 kasus. KPK tidak lagi menjadi episentrum dalam menjalankan tugasnya di masa kepemimpinan Ruki.

Bagaimana wajah kepemimpinan KPK yang baru? Sebuah hipotesis yang harus dijawab: Apakah betul kedepan KPK hanya dominan pada upaya pencegahan? kita akan segera tahu jawabannya.
Fungsi pencegahan memang diharapkan dapat lebih maksimal tapi jangan mengenyampingkan upaya penindakan. Kepemimpinan dimasa Abraham Samad sangat kental dengan gaya penindakan yang tegas dan berani, karena rata2 pimpinannya berlatar belakang Hukum. Saya melihat komposisi pimpinan KPK saat ini sangat menarik, karena berangkat dari latar belakang yang berbeda.

Suatu tantangan terbesar dari pimpinan KPK yang dinahkodai oleh Agus Raharjo adalah mereka lahir dari prolog yang kurang enak, prolog pertama: kasus cicak buaya edisi terbaru, dan prolog yang ke dua: pelemahan undang-undang KPK. Saya berpesan kepada para pimpinan KPK yang baru agar tidak cemas dengan prolog yang tidak enak itu, karena rakyat akan tetap mengawal kinerja KPK dalam memerangi koruptor.

Kasus PELINDO II menyambutmu selamatkan anggaran 60 M, dan selamatkan martabat Indonesia.
SAVE KPK SAVE INDONESIA.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Slide